Dosa Masa Lalu Bangsa?

By: Tommy.H.

*** Mari kita mencoba merenungkan masalah yang selama ini selalu menjadi persoalan yang tak pernah kunjung selesai di negara republik tercinta kita ini.

Perselingkuhan dalam menata keuangan di pemerintahan, baik di pusat maupun di pemerintahan daerah, dari era orde lama hingga sekarang seperti tidak ada obatnya.
Berbagai element masyarakat dengan julukan pakarpun, bahkan seringkali mengadakan dan menge-depankan teorinya dalam membe-rantas penyakit yang di sebut korupsi tersebut.

Namun walhasil, bukannya sembuh tapi malah semakin merajalela. Rasa malu sudah dikesampingkan, bahkan ada yang berujar, “jangankan yang halal yang haram saja susah”, Subhanaallah..!

Mungkinkah hal ini ada kaitannya dengan masa lalu bangsa ini? Bisa ya bisa juga tidak, namun yang jelas sepertinya penyakit yang satu ini susah sekali untuk diberantas/diobati

Jika hal ini menyangkut masa lalu bangsa maka juga ada kaitannya dengan mental individu. Karena biar bagaimanapun sebagai bangsa yang pernah dijajah selama ratusan tahun oleh penjajah jelas berpengaruh besar terhadap mental seseorang.


Dan kaitannya dengan penyakit korupsi, kita ini adalah keturunan yang berkaitan dengan gen (keturunan), dari orang-orang yang pada waktu itu mendapat perlakuan dan tekanan penjajah selama 300 (tiga ratus) tahun, yang secara manusiawi dan psikologis membuat seseorang bersikap dan berperilaku, yang di ibaratkan seperti wujud “katak”, yaitu berjongkok yang berarti suka menyembah atau yes man, kemudian kaki depannya yang menyikut kita artikan suka menyikut kiri kanan (pada teman, saudara maupun rivalnya) dan terakhir barangkali kaki belakangnya diartikan suka menginjak yang di bawahnya (menekan dan mengintervensi). Jadi bentuk katak tersebut berarti, suka menghamba, suka menyikut dan suka menginjak (bayangkan posisi katak hidup).

Sementara itu para pakar kedok-teran, menyebutkan faktor keturunan sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan manusia?, jadi artinya penyakit ini bakal susah untuk dihilangkan atau di obati, kecuali adanya akhir zaman dan berganti generasi baru yang benar-benar baru, itupun jika Tuhan berkehendak untuk menciptakan lagi yang namanya umat dan adanya bumi beserta isinya, setelah akhir zaman nanti?.

Dan pada akhirnya kita hanya dapat berpasrah dan segera menyadari segala kesalahan perilaku dari segala yang sudah di suratkan dalam Kitab-Kitab yang telah diturunkan Tuhan untuk umat manusia, yang dilarang dan di haruskan agar selamat di dunia dan Akhirat nantinya. Untuk pembaca, tulisan ini barangkal hanya sekedar memberi masukan untuk bahan perenungan tanpa bermaksud merendahkan derajat manusia Indonesia pada khususnya, apalagi menyamakan dengan katak, tidak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar